Thursday, November 24, 2011

Djaduk Dirawat

RadarJogja Jumat, 04 November 2011 10:16

JOGJA-Musisi Djaduk Ferianto, 47, harus beristirahat selama dua hari di ruang perawatan RS Panti Rapih. Terhitung sejak Rabu (2/11) dirinya mendapat perawatan khusus di bawah pengawasan dokter, karena mengalami muntah dan diare sejak malam sebelumnya.

“Selasa malam saya merasa tidak enak badan, lalu jam 01.00 muntah dan diare terus-menerus. Paginya langsung dibawa ke sini,” terangnya pada Jogja Raya kemarin (3/11).



Menurut keterangan dokter, ada virus yang menyerang pencernaan pentolan Orkes Sinten Remen ini. Kondisi jantung maupun ginjalnya baik. Djaduk pun merasa bahwa kondisi dia adalah efek kelelahan dan kurang menjaga asupan makanan yang ia konsumsi.

Pasalnya, beberapa hari lalu dirinya baru pulang dari Jakarta sehubungan dengan pementasan Kadal Nguntal Negara di Taman Ismail Marzuki, 28-29 Oktober. Berhubung sibuk mengurus berbagai hal, maka selain kurang istirahat, ia juga kurang memperhatikan makanannya. Begitu tiba di Jogjakarta, tuturnya, ia disambut cuaca yang panas menyengat. Hal itu menyebabkan dia mengonsumsi air dingin terus-menerus. Akibatnya, tenggorokannya pun meradang, dan memicu gejala yang beruntun hingga membawanya ke rumah sakit.

“Mungkin saya memang harus disemprit Gusti Allah, dikon turu, disuruh istirahat,” katanya berseloroh.

Meski dalam keadaan lemah, Djaduk masih memberi dukungan semangat pada Krisna, seorang pemain piano yang gagal menyelesaikan kuliahnya di sebuah universitas lantaran kondisi matanya. Pihak universitas beranggapan Krisna akan kesulitan ketika membaca partitur.

“Partitur itu kan cuma untuk mengingat, yang lebih penting adalah intuisi. Memang di partitur ada tanda-tanda seperti cressendo dll, tetapi nanti tingkat keras lembutnya tergantung pemain juga,” kata Djaduk di hadapan Krisna yang saat itu menjenguknya.

Djaduk tidak hendak bertele-tele dengan sakitnya. Kamis sore kemarin ia tetap berniat pulang, karena pagi ini (4/11) hendak bertolak ke Semarang, menghadiri jumpa pers pembuatan film Soegijapranata. Sebagai produser, ia merasa wajib datang dan tidak bisa diwakilkan. Film itu sendiri akan mulai dikerjakan pada 7 November dengan Garin Nugroho sebagai sutradara. Ada beberapa lokasi syuting, yakni Semarang, Klaten, Solo, dan Jogjakarta.

Soegijapranata adalah pria kelahiran Ngadiwinatan Jogjakarta tahun 1896, yang kemudian menjadi uskup agung pertama dari kalangan pribumi. Perjuangannya bagi Indonesia tidak sedikit, ia berperan dalam pembebasan Irian Barat (sekarang Papua, Red) dari tangan Belanda. Wajar, jika kemudian Djaduk dan tim-nya menggarapnya dalam bentuk film dan menegaskan bahwa itu bukan film dakwah.

“Ini film yang menampilkan tokoh nasional yang terselip atau kelewatan. Padahal, kiprahnya pada awal kemerdekaan tidak kecil,” kata lelaki bernama lengkapGregorius Djaduk Ferianto ini. (lie)

No comments:

Post a Comment