JOGJA-Musisi
Djaduk Ferianto, 47, harus beristirahat selama dua hari di ruang
perawatan RS Panti Rapih. Terhitung sejak Rabu (2/11) dirinya mendapat
perawatan khusus di bawah pengawasan dokter, karena mengalami muntah dan
diare sejak malam sebelumnya.
“Selasa malam saya merasa tidak
enak badan, lalu jam 01.00 muntah dan diare terus-menerus. Paginya
langsung dibawa ke sini,” terangnya pada Jogja Raya kemarin (3/11).
Menurut
keterangan dokter, ada virus yang menyerang pencernaan pentolan Orkes
Sinten Remen ini. Kondisi jantung maupun ginjalnya baik. Djaduk pun
merasa bahwa kondisi dia adalah efek kelelahan dan kurang menjaga asupan
makanan yang ia konsumsi.
Pasalnya, beberapa hari lalu dirinya
baru pulang dari Jakarta sehubungan dengan pementasan Kadal Nguntal
Negara di Taman Ismail Marzuki, 28-29 Oktober. Berhubung sibuk mengurus
berbagai hal, maka selain kurang istirahat, ia juga kurang memperhatikan
makanannya. Begitu tiba di Jogjakarta, tuturnya, ia disambut cuaca yang
panas menyengat. Hal itu menyebabkan dia mengonsumsi air dingin
terus-menerus. Akibatnya, tenggorokannya pun meradang, dan memicu gejala
yang beruntun hingga membawanya ke rumah sakit.
“Mungkin saya memang harus disemprit Gusti Allah, dikon turu, disuruh istirahat,” katanya berseloroh.
Meski
dalam keadaan lemah, Djaduk masih memberi dukungan semangat pada
Krisna, seorang pemain piano yang gagal menyelesaikan kuliahnya di
sebuah universitas lantaran kondisi matanya. Pihak universitas
beranggapan Krisna akan kesulitan ketika membaca partitur.
“Partitur
itu kan cuma untuk mengingat, yang lebih penting adalah intuisi. Memang
di partitur ada tanda-tanda seperti cressendo dll, tetapi nanti tingkat
keras lembutnya tergantung pemain juga,” kata Djaduk di hadapan Krisna
yang saat itu menjenguknya.
Djaduk tidak hendak bertele-tele
dengan sakitnya. Kamis sore kemarin ia tetap berniat pulang, karena pagi
ini (4/11) hendak bertolak ke Semarang, menghadiri jumpa pers pembuatan
film Soegijapranata. Sebagai produser, ia merasa wajib datang dan tidak
bisa diwakilkan. Film itu sendiri akan mulai dikerjakan pada 7 November
dengan Garin Nugroho sebagai sutradara. Ada beberapa lokasi syuting,
yakni Semarang, Klaten, Solo, dan Jogjakarta.
Soegijapranata
adalah pria kelahiran Ngadiwinatan Jogjakarta tahun 1896, yang kemudian
menjadi uskup agung pertama dari kalangan pribumi. Perjuangannya bagi
Indonesia tidak sedikit, ia berperan dalam pembebasan Irian Barat
(sekarang Papua, Red) dari tangan Belanda. Wajar, jika kemudian Djaduk
dan tim-nya menggarapnya dalam bentuk film dan menegaskan bahwa itu
bukan film dakwah.
“Ini film yang menampilkan tokoh nasional yang
terselip atau kelewatan. Padahal, kiprahnya pada awal kemerdekaan tidak
kecil,” kata lelaki bernama lengkapGregorius Djaduk Ferianto ini. (
lie)
No comments:
Post a Comment